TRENDING NOW


 Peneliti Sejarah, Tiar Anwar Bachtiar memandang, dari sisi sejarah, Islam tidak bisa melepaskan dari Arab dan kulturnya. Karena, sejak awal penyebar Islam ke Indonesia adalah orang-orang Arab.

“Memang yang datang itu orang-orang Arab. Kita lihat komunitas Arab itu banyak sekali di Indonesia, keturunan mereka sampai atas juga sudah sangat lama berada di Indonesia dan sudah berurat akar,” terang pegiat INSISTS ini kepada Kiblat.net, kemarin (18/06).

Sehingga, lanjutnya, bila kemudian Islam agak dipengaruhi oleh kultur Arab adalah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari.

“Wajar saja, ada proses akulturasi, itu biasa-biasa saja. Alami tidak perlu dibesar-besarkan,” cetus Ustadz Tiar.

Dia berpendapat, budaya Arab yang masuk ke Indonesia secara natural akan menyesuaikan diri dengan budaya setempat, kultur mereka akan bersentuhan dan mencocokan diri. Meski, kultur Arab dibawa 100 persen ke Indonesia, nanti akan berkurang sendiri.

“Contohnya, orang Arab itu di negaranya memakai gamis, ketika di Indonesia hampir tidak ada orang Arab memakai gamis. Mereka memakai celana panjang. Karena alamnya beda, di Indonesia dari segi kendaraan orang bepergian memakai sepeda motor, kalau di Arab tidak ada sepeda motor, orang bepergian dengan mobil, tentu tidak masalah selalu pakai gamis,” papar Ketua Umum Pemuda Persis ini.

Selain itu, sambungnya, dalam segi bahasa orang Arab juga akan menyesuaikan diri ketika dia datang ke suatu tempat dan tinggal cukup lama di sana.

 “Kalau mereka menggunakan bahasa Arab, orang di sini tidak mengerti. Pasti mereka akan berusaha menggunakan bahasa setempat,” tandasnya.

Seperti diketahui, belakangan ini istilah Islam Nusantara tengah digencarkan dan diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia. Menurut para pengusungnya, Islam Nusantara mengedepankan nilai-nilai toleransi dan bertolak belakang dengan “Islam Arab”.

Pandangan ini memunculkan kontroversi di kalangan tokoh dan cendekiawan Islam di Indonesia.



Reporter: Bilal Muhammad

Editor: Fajar Shadiq
 SYIAH INDONESIA :   Maka nikah mut’ah hanya berhujung kepada perpecahan dan kemarahan. Simak saja kisah nyata nikah mut’ah yang terjadi di Bojonegoro. Untuk mendatangkan bukti, maka akan kami copas kisahnya dari Situs Fimadani.
Kisah Nikah Mut'ah di Bojonegoro yang Hanya Berujung pada Perpecahan dan Kemarahan

“Ini adalah kisah nyata tentang nikah mut’ah penganut Syiah di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Untuk maslahat bersama, nama pelaku kami tampilkan dengan inisial.

YA (pria, 35 tahun) adalah seorang wirausahawan muda di bidang pariwisata. Bisa dikatakan usahanya cukup berkembang dan terhitung usaha kelas menengah.

Tahun 2007 lalu, YA menikah dengan sorang perempuan yang kini sudah melahirkan anak mereka. Saat ini anaknya telah berumur 5 tahun.

Kehidupan YA berubah setelah ia bergaul dengan komunitas Syiah di Bojonegoro. Ia mulai mengikuti ajaran sesat Syiah sejak tahun 2009.

Komunitas Syiah yang diikuti YA adalah komunitas Syiah yang aktif menggelar kajian dan memiliki literatur Syiah. Menurut sumber Fimadani, YA tidak sendirian, banyak kawan-kawannya yang tergabung dalam komunitas Syiah Bojonegoro tersebut.

Selain menggelar kajian Syiah secara tematik, komunitas Syiah yang dipimpin oleh Ustadz HF yang berasal dari Madura Jawa Timur ini rutin menggelar Kajian Madrasah Karbala yang fokus pada peristiwa pembunuhan cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Husain bin Ali Radhiyallahu ‘Anhu.

“Lokasi pengajiannya di rumah saudara AK, sebelah barat Masjid Al Mukhlisin, Jalan Monginsidi Bojonegoro. Kadang juga di Balai Desa Klangon Bojonegoro (kini sudah tidak aktif-red). Mereka juga punya radio komunitas, namanya Brain Community, tapi sudah tidak on air sekarang,” jelas sumber Fimadani.

Meski sudah 5 tahun menjadi penganut Syiah, YA tidak mengajak istri dan keluarganya juga menjadi pengikut Syiah. Di keluarganya, hanya ia sendiri yang menjadi pengikut aliran sesat yang pernah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia tersebut.

Maka, ketika muncul keinginan melakukan salah satu ajaran penting Syiah, nikah mut’ah atau kawin kontrak, tidak ada anggota keluarganya yang tahu.

Uniknya, YA tidak melakukan nikah mut’ah dengan wanita Syiah yang sudah lama menjadi pengaut Syiah. Ia memilih melakukan nikah mut’ah dengan wanita Sunni yang didoktrinnya dengan konsep keutamaan nikah mut’ah menurut Syiah.

“Kalau wanita-wanita itu malah tidak ikut ngaji (Syiah-red) sama sekali. Cuma diberi penjelasan singkat tentang mut’ah dan wanitanya mau diajak mut’ah, maka terjadi kawin mut’ah. Rata-rata cuma cinta sesaat karena bisa diajak check in hotel dan diberi mahar,” terang sumber.

Dalam referensi Syiah disebutkan pahala nikah mut’ah:
Dari Shaleh bin Uqbah, dari ayahnya, “Aku bertanya pada Abu Abdullah, apakah orang yang bermut’ah mendapat pahala?” Jawabnya, “Jika karena mengharap pahala Allah dan tidak menyelisihi wanita itu, maka setiap lelaki itu berbicara padanya pasti Allah menuliskan kebaikan sebagai balasannya, setiap dia mengulurkan tangannya pada wanita itu pasti diberi pahala sebagai balasannya. Jika menggaulinya pasti Allah mengampuni sebuah dosa sebagai balasannya, jika dia mandi maka Allah akan mengampuni dosanya sebanyak jumlah rambut yang dilewati oleh air ketika sedang mandi.” Aku bertanya, “Sebanyak jumlah rambut?” Jawabnya ,” Ya, sebanyak jumlah rambut.“

Abu Ja’far berkata “ketika Nabi sedang isra’ ke langit berkata, Jibril menyusulku dan berkata, wahai Muhammad, Allah berfirman, Sungguh Aku telah mengampuni wanita ummatmu yang mut’ah. (Man La Yahdhuruhul Faqih jilid 3 hal 464)

Oleh karena itu, wanita-wanita yang didoktrin oleh YA pun mau melakukan nikah mut’ah dengannya. Bahkan, YA dan wanita-wanita yang di-nikah-mut’ah-inya melakukan pernikahan tanpa saksi dan tanpa penghulu. Pernikahan nikah mut’ah dalam Syiah memang bisa dilakukan dengan cara seperti itu.

Dalam referensi Syiah disebutkan:

Dari Zurarah bin A’yan, ia berkata : Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang menikahi wanita tanpa ada saksi-saksi, maka ia menjawab,  “Tidak mengapa dengan pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Allah. Dijadikan saksi-saksi dalam pernikahan itu hanyalah karena (keberadaan) anak (yang dihasilkan). Jika tidak demikian (tanpa saksi-red), maka tidak mengapa” [Al-Kaafiy, 5/387].

Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam tentang seorang laki-laki yang menikah tanpa adanya bukti, maka ia menjawab,  “Tidak mengapa.” [Al-Kaafiy, 5/387].

Ulama Syi’ah yang bernama ‘Abdullah bin Ja’far Al-Himyariy pernah ditanya,  “Apa yang engkau katakan tentang seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita pada posisi ini atau yang lainnya tanpa ada bukti maupun saksi-saksi ?” Ia menjawab, “Ya, nikahilah ia tanpa ada bukti dan saksi-saksi.” [Qurbul-Isnaad oleh ‘Abdullah bin Ja;far Al-Himyariy, hal. 252].

Hingga kini, YA sudah melakukan nikah mut’ah dengan 7 perempuan. Seluruhnya berasal dari Bojonegoro. Dari ketujuh perempuan tersebut, YA menikahinya dengan durasi yang berbeda-beda.

“Kontraknya bervariasi, ada yang mingguan hingga setahun,” kata sumber.

Wanita terakhir yang dinikah-mut’ahi oleh YA adalah EN. Seorang janda yang punya seorang anak. EN bekerja sebagai SPG. YA dan EN baru berkenalan 2 bulan yg lalu. Dengan jurus yang sama, YA mendoktrin EN dengan konsep nikah mut’ah Syiah. Ia juga kerap mengajak EN jalan-jalan dengan mobilnya. Alhasil, EN pun mau diajak nikah mut’ah oleh YA pada Oktober 2014 lalu. Tentu saja istri YA tidak mengetahui nikah mut’ah itu.

Setelah mut’ah berjalan beberapa waktu, EN menginginkan hal yang lebih. Ia ingin dinikahi YA secara permanen dan resmi di KUA. Jelas saja YA tidak mau.

“Si istri mut’ah mengancam akan mendatangi istri resminya di rumah jika tidak mau bertanggung jawab,” papar sumber Fimadani.

“Dia lain dari wanita yang dinikah mut’ah sebelum-sebelumnya, dia tergolong nekat dan berani mengadu ke keluarganya istri jika tuntutannya tak dipenuhi,” lanjutnya. Bahkan, EN rela menunggu hingga YA menjadi duda.

Hingga kini, YA masih kebingungan menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri itu. Apakah ia akan menikahi EN secara resmi, ataukah ia akan membiarkan EN membongkar pernikahan mut’ahnya pada sang istri? Yang jelas, pernikahan mut’ah yang dilakukannya merupakan dosa besar karena tidak ada bedanya dengan zina, meskipun mereka menganggapnya sebagai ibadah agama”

Semoga Allah memberikan hidayah untuk para wanita syi’ah dan seluruh penganut syi’ah. (alamiry)
SYIAH INDONESIA :   Akhir Februari lalu publik Australia dikejutkan oleh pengakuan dua “imam moderat” yang tampil di televisi nasional. Salah satunya adalah Syaikh Mohammad Tawhidi, “ulama” yang pernah menyamakan Allah dengan Ali bin Abi Thalib di tiwtternya ini menuduh komunitas Muslim di Australia Selatan telah diam-diam mendirikan negara dalam negara.  Lebih lanjut, ia bahkan menganjurkan agar pemerintah Negeri Kanguru melakukan pemantauan pada tiap masjid dan pemeriksaan seksama pada ,semua pemimpin komunitas Muslim di sana. Tuduhan serius ini terhambur begitu saja dari mulut Tawhidi, tanpa bukti apapun.


Menaggapi klaim itu, kru OnePath, jaringan media milik komunitas Muslim Australia, melakukan investigasi, siapa sebenarnya si Tawhidi itu. Lelaki ini mendaku diirnya adalah pemimpin organisasi bernama The Islamic Association of South Australia dan Imam for Peace, sebuah lembaga yang konon berupaya mempromosikan perdamaian dan toleransi.  Paket gombal yang seringkali jadi jualan itu. Masalahnya, setelah ditelusuri komunitas Muslim di sekitar situ sama sekali tidak tahu menahu keberadaan lembaga milik Tawhidi. Imam for Peace yang ia klaim sebagai wadah bagi pemimpin agama dari seluruh dunia itu hanya memiliki satu anggota, dirinya sendiri

Belum puas, tim OnePath menghubungi ANIC (Australian National Imam Counsil) sebagai organisasi ‘’sertifikasi’’ Imam yang telah diakui di Australia. Hasilnya, nama Tawhidi sama sekali tak dikenal, “This individual is not a recognized Imam, Syeikh, or a Muslim leader” Pernyataan serupa juga disampaikan oleh ketua Imam Council of South Australia, “Mr. Tawhidi is not part of the Islamic leadership in SA and is in no way recognized.”

Jadi itulah Tawhidi, tak lebih dari  seorang conartist, seorang “fake imam”. Ia tak dikenali warga sekitar, dan satu-satunya anggota di organsiasinya adalah dirinya sendiri. Pendeknya, jones maksimal! Mungkin memang kesendirian itu membuatnya frustasi dan akhirnya menjadi delusional. Jika membuat website, lalu mendirikan organisasi yang isinya cuma dirimu sendiri sudah cukup membuat seorang menjadi imam, tentu saya sudah jadi imam besar dari dulu.

Semua tentang Tawhidi ini mungkin terdengar lucu menggelikan, anda mungkin merasa geli, mengapa orang-orang bisa-bisanya percaya? Well, ternyata banyak juga yang percaya, bahkan merayakan pernyataan si Tawhidi. Politisi sayap kanan Australia bertepuk tangan mendengarnya. Ocehan Tawhidi itu melancarkan jalan politik mereka; menyebarkan sentiment anti-Islam dan menjadikannya jualan di pemilu. Strategi ini tampaknya sedang disukai politisi populis di Barat.  Warga AS rela memilih bintang reality show dengan integrias moral dan kapasitas otak dipertanyakan menjadi presiden, ia cukup  berjanji akan menyelamatkan mereka dari “ancaman Muslim radikal” (santricendekia)
SYIAH INDONESIA :   – Malaysia mengungkap penggagalan rencana penyerangan yang menargetkan rombongan kerajaan Arab Saudi. Sebanyak empat orang tersangka yang ditahan terkait dengan milisi Syiah Hutsi Yaman.


Polisi Malaysia menangkap anggota milisi asal Yaman menjelang kedatangan Raja Salman. Sumber senior di kepolisian pada Selasa (07/03) mengatakan empat orang anggota kelompok pemberontak Hutsi berhasil diamankan.

“Empat orang Yaman, terlepas dari peran mereka yang terlibat dalam pembuatan dokumen perjalanan palsu, mereka juga terlibat dalam penjualan obat-obatan dan mereka juga berencana untuk menyerang rombongan kerajaan Arab selama kunjungan di Kuala Lumpur,” kata petinggi kepolisian Malaysia, Irjen Pol Khalid Abu Bakar, Selasa (07/03), seperti dilansir Channel NewsAsia.

“Jadi kami mendapatkan mereka di saat yang tepat,” imbuhnya.

Dalam rentang antara 21 hingga 26 Februari pihak berwenang Malaysia menangkap satu orang warga negara tersebut dan enam orang warga asing. Selain empat orang dari Yaman mereka juga mengamankan dua orang lainnya, masing-masing dari Indonesia dan Asia Timur.

Orang-orang Yaman itu ditangkap polisi Malaysia di Serdang dan Cyberjaya, dekat ibukota Kuala Lumpur. Mereka diduga terkait dengan kelompok pemberontak Hutsi, Yaman.

Dari para tersangka polisi berhasil menyita empat buah paspor, bersama dengan uang yang jumlahnya senilai 270.000 ringgit. Uang itu disita dalam mata uang berbeda yang diduga disalurkan kepada pihak pemberontak.

Seperti diketahui, kelompok Syiah Hutsi telah melakukan pemberontakan di Yaman dan berhasil menduduki ibukota Sanaa sejak 2014. Mereka terus memperlebar wilayah kekuasaan hingga ke perbatasan Arab Saudi. Atas permintaan presiden Yaman, koalisi Teluk kemudian terlibat dalam pertempuran di negara yang terletak di bagian selatan Jazirah Arab itu. (kiblat)
SYIAH INDONESIA :    – Organisasi internasional Human Rights Watch (HRW), Kamis (16/02), kembali mengeluarkan laporan kejahatan aliansi milisi Syiah Irak, Al-Hasd Al-Syakbi, dalam pertempuran Mosul. Milisi yang didukung Iran itu merobohkan ratusan rumah warga Sunni yang ditinggal penghuninya di Mosul barat.




HRW menjelaskan, sebanyak 345 rumah warga Sunni di sebuah desa di Mosul barat rata dengan tanah akibat kejahatan milisi Al-Hasd Al-Syakbi. Penghancuran itu dilakukan setelah desa tersebut berhasil direbut dari pasukan Daulah Islamiyah (ISIS).

Lembaga yang berkantor di New York itu menambahkan, perobohan rumah warga Sunni itu terjadi antara bulan November 2016 hingga Februari 2017. HRW menilai praktek ini sebagai kejahatan perang.

Direktur HRW untuk Kawasan Timur Tengah, Lama Faki, menjelaskan penghancuran rumah warga sipil bertujuan untuk menghalangi penghuninya yang berada di pengungsian kembali setelah desa mereka dibebaskan.

Sementara itu, juru bicara milisi Al-Hasd Al-Syakbi mengelak tuduhan tersebut. Dia berdalih, rumah-rumah itu hancur akibat serangan 10 bom mobil ISIS.

Milisi Syiah Al-Hasd Al-Syakbi ikut andil dalam operasi pembebasan kota Mosul, di saat muncul kekhawatiran milisi itu melakukan praktek sektarian di kota mayoritas Sunni itu. Operasi Mosul sendiri melibatkan pasukan pemerintah, Kurdi, milisi Syiah dan militer AS.

Mosul terbagi dua wilayah, barat dan timur. Keduanya dipisahkan oleh sungai Tingris. Mosul timur telah dikontrol pasukan pemerintah dan milisi sekutunya, operasi selanjutnya menargetkan Mosul barat.

Perlu dicatat, ini bukan pertama kali milisi Syiah berupaya mengubah demografi wilayah-wilayah yang direbutnya dari ISIS. Tahun lalu, mereka juga mempraktekkan hal serupa di provinsi Diyala. Warga Sunni dipaksa meninggalkan rumah mereka dengan berbagai cara: pembunuhan, pengusiran bahkan ancaman eksekusi. (kiblat)

SYIAH INDONESIA :   Disarankan agar para pengurus NU Cirebon kembali bertaubat dan membatalkan gelaran acara seminar nasional “Kontribusi Syiah Terhadap Islam Nusantara”. Pembelaan ISNU Cirebon terhadap Syiah, menurut Kiai Idrus Ramli,  bisa jadi terkait dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj yang berasal dari Cirebon. Namun terlepas dari seminar tersebut, menurut Kiai Idrus Ramli, selama ini Kiai Said Aqil selalu membela Syiah. ”Dalam kasus Sampang ketua umum kita Kiai Said Aqil membela Syiah,” katanya. Ditambahkan, Said Aqil menganggap bahwa Aswaja yang dikonsep Hadratussyaikh Hasyim Asyari, pendiri NU, tidak jamik-manik. Jadi Said Aqil merendahkan pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari.
Begitu juga tentang tashawuf yang ditulis Said Aqil. Menurut Kiai Idrus Ramli, juga beraparadigma Syiah. ”Ibarat HP cashingnya Nokia, tapi software-nya China,” kata Kiai Idrus Ramli. Jadi, menurut dia, meski Kiai Said Aqil membahas masalah Aswaja, tapi paradigmanya tetap Syiah.
Said Aqil bukan hanya membela Syiah tapi semua pemikirannya berparadigma Syiah. Said Aqil merendahkan pemikian Kiai Hasyim Asy’ari.Said Aqil pernah menganggap Sahabat Utsman pikun. Selain itu, menurut Kiai Idrus Ramli, Kiai Said Aqil pernah menyatakan bahwa kiai-kiai NU bodoh dan tidak dapat hidayah hanya karena tidak mau mengakui Syiah.
Sementara itu mmncom mengutip nu.or.id memberitakan, Pada mulanya, PC. ISNU Cirebon merencanakan gedung Islamic Center Kota Cirebon sebagai tempat pelaksanaan diskusi (seminar nasional “Kontribusi Syiah Terhadap Islam Nusantara”, red nm), namun akibat terdapat pernyataan keberatan dari beberapa pihak, maka kegiatan ini pun belum diketahui secara pasti akan dilanjutkan atau dibatalkan.
Inilah beritanya.
CIREBON – Menanggapi rencana Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon yang akan menggelar seminar nasional “Kontribusi Syiah Terhadap Islam Nusantara”, tokoh muda Nahdhatul Ulama, KH Muhammad Idrus Ramli memberikan kritikan keras kepada para pembuat acara tersebut.

“Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Cirebon telah menjual NU kepada Syiah yang telah disesatkan oleh para pendiri NU, Hadlratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari dan para masyayikh yang lain. Fitnah apa lagi ini?” ungkapnya melalui laman media sosial.

Pasalnya, Ustadz yang gigih mendakwahkan ke masyarakat akan bahasa kesesatan Syiah ini khawatir akan berkembangnya Syiah melalui tangan-tangan pengurus NU.

Dewan Pakar ASWAJA Center PWNU Jawa Timur itu berharap, agar para pengurus NU Cirebon kembali bertaubat dan membatalkan gelaran acara itu.

“Semoga Allah menyadarkan mereka dan kembali ke Ahlus Sunnah Wal Jamaah, bukan Syiah dan bukan Wahabi,” harapnya seperti dikutip dari situs fimadani, Selasa (14/04). [syahid/voa-islam.com](voa-islam.com) Rabu, 26 Jumadil Akhir 1436 H / 15 April 2015 08:15 wib.
***

Heran kenapa NU Cirebon memuji-muji kontribusi Syiah

Sore tadi, BANGSAONLINE.com mengkonfirmasi kepada Kiai Idrus Ramli lewat telepon soal statusnya di Facebook tersebut. BANGSAONLINE.com bertanya, kenapa mengganggap PCNU Cirebon “menjual” NU kepada Syiah, padahal yang mengadakan seminar itu kan ISNU, bukan PCNU? “ISNU itu kan di bawah naungan (struktur) PCNU seperti lembaga yang lain. Berarti PCNU Cirebon gak jalan,” jawab Kiai Idrus Ramli.
Ia mengaku heran kenapa NU Cirebon memuji-muji kontribusi Syiah dalam Islam Nusantara. Padahal kini NU sedang mendapat serangan Syiah, HTI, Wahabi dan sebagainya. Kenapa NU Cirebon justeru membela Syiah sebagai sekte yang punya kontribusi terhadap perkembangan Islam Nusantara.
Ia menyatakan, pembelaan ISNU Cirebon terhadap Syiah bisa jadi terkait dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj yang berasal dari Cirebon. Namun terlepas dari seminar tersebut, menurut Kiai Idrus Ramli, selama ini Kiai Said Aqil selalu membela Syiah. ”Dalam kasus Sampang ketua umum kita Kiai Said Aqil membela Syiah,” kata Kiai Idrus Ramli yang tadi malam mengaku berada di Batam.
Begitu juga dalam wawancara dengan Aula, majalah milik PWNU Jawa Timur. “Dalam salah satu wawancaranya di majalah Aula Kiai Said Aqil menyatakan bahwa perbedaan kita dengan Syiah hanya bersifat furuiyah (cabang),” tambahnya.
Padahal, tegas Kiai Idrus Ramli, perbedaan antara NU dan Syiah adalah perbedaan ushul (aqidah) dan sumber pengambilan hukum. ”Begitu juga secara ideologi, NU beda dengan Syiah,” kata Kiai Idrus Ramli. Menurut dia, secara ideologi Syiah mengacu kepada konsep Imamah. Nah, dari konsep Imamah inilah kemudian berbeda dengan NU dari semua segi.
”Menurut Syiah, setelah Nabi wafat yang berhak menggantikan adalah Sayyidina Ali. Itu berdasarkan nash yang mereka yakini. Kalau bukan Ali yang menggantikan Nabi, menurut nash Syiah, berarti ada kedzaliman. Jadi tiga khalifah (Abu Bakar, Umar dan Utsman) yang jadi khalifah sebelum Ali, menurut Syiah, dzalim semua,” kata Kiai Idrus Ramli.
Menurut dia, dari konsep Imamah inilah akhirnya Syiah melecehkan tokoh-tokoh Islam yang jadi simbol Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. “Mereka mengkafirkan tokoh-tokoh Aswaja,” tegasnya.
Menurut dia, Said Aqil bukan hanya membela Syiah tapi semua pemikirannya berparadigma Syiah. Ia menyebut buku-buku yang ditulis Said Aqil, antara lain: Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Lintas Sejarah. “Buku itu ditulis waktu Said Aqil baru pulang dari Timur Tengah,” katanya.
Dalam buku tersebut, tutur Kiai Idrus Ramli, Said Aqil menganggap bahwa Aswaja yang dikonsep Hadratussyaikh Hasyim Asyari, pendiri NU, tidak jamik-manik. Jadi Said Aqil merendahkan pemikian Kiai Hasyim Asy’ari.
Begitu juga tentang tashawuf yang ditulis Said Aqil. Menurut dia, juga beraparadigma Syiah. ”Ibarat HP cashingnya Nokia, tapi software-nya China,” kata Kiai Idrus Ramli. Jadi, menurut dia, meski Kiai Said Aqil membahas masalah Aswaja, tapi paradigmanya tetap Syiah.
Karena itu, dia berharap NU ke depan dipimpin oleh figur NU yang ber-ahlaqul karimah. Ia secara tegas menolak Kiai Said Aqil menjadi ketua umum PBNU kembali. Alasannya karena Kiai Said Aqil pernah menganggap Sahabat Utsman pikun. Selain itu, menurut dia, Kiai Said Aqil pernah menyatakan bahwa kiai-kiai NU bodoh dan tidak dapat hidayah hanya karena tidak mau mengakui Syiah. ”Itu ada videonya. Video itu tersebar di You tube,” katanya. (tim)bangsaonline.comRabu, 15 April 2015 23:38 WIB
(nahimunkar.com)
SYIAH INDONESIA :    – Pimpinan Pusat Ikatan Jamaah Ahlul Bait (PP IJABI) sebagaimana yang dijelaskan Ketua Umum Tanfidziyah IJABI, Syamsuddin Baharuddin telah berhasil mengisi 1-10 Muharram dengan beragam kegiatan yang disebutnya rangkaian Asyura Husaini 1438 H.
Mirisnya, rangkaian kegiatan itu digunakan Syiah untuk mengelabui warga NU Cirebon dalam bentuk Istighatsah dan Asyura Muharram.
Puncak kegiatan Asyura dilaksanakan IJABI di kota Cirebon pada rabu (12/10) bekerjasama dengan FSMI. Beberapa ulama dan sesepuh NU di Cirebon, di antaranya KH Zaelani (Ponpes Buntet), KH Ibrahim Rozi (Syuriah NU), KH Jajuli (Ponpes Kaliwadas), KH Syamsuddin (Ponpes Plered), KH Nasiruddin (Ponpes Plered) dan KH Dr Nuruddin Siradj turut menghadiri acara yang sejatinya Syiah agendakan sebagai cover ritual sesat Asyura.
Usai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila, majelis diberkati dengan lantunan shalawat dan ma’tam Husaini. Ketua Dewan Syura IJABI, KH Jalaluddin Rakhmat dalam acara tersebut mulai tampil memberikan doktrin Syiah kepada hadirin dengan membacakan kisah kesabaran Sahabat Ali bin Abi Thalib. (nisyi/syiahindonesia.com)
Sumber: syiahindonesia.com/Jalaludin Rahmat